Senin, 31 Desember 2012

Sesuaikan Tindakanmu

By Jamil Azzaini
Saya punya banyak pengalaman menarik saat mendidik anak. Salah satunya ketika anak kedua saya Ahmad Sholahudin (Asa, sekarang 18 tahun) memrotes mamanya. Saat itu ia masih SMP, “Mama kalau diajak diskusi gak pernah nyambung.” Kemudian dijawab oleh mamanya, “Ya kamu kalau diskusi tentang sepak bola, mama gak ngerti sepak bola.”
Jawaban Asa mengejutkan saya. “Mama, ibarat kita mancing. Ikan sukanya cacing, sementara aku sukanya donat. Aku juga gak suka banget cacing. Aku mancingnga pakai apa? Pakai cacing, kan? Bukan pakai donat. Jadi kalau sudah tahu anaknya suka sepak bola, mama cari tahu tentang sepak bola dong biar kita nyambung.”
Memang agar kita mampu menarik perhatian orang lain kita harus cari tahu apa yang disukai lawan bicara kemudian belajarlah. Pembicaraan akan lebih menarik dan hidup bila obrolan dan interaksinya “nyambung”. Namun tidak untuk semua hal Anda harus mempelajari dan menguasai serta menyesuaikan dengan keinginan orang lain. Cerita berikut, terinspirasi dari penuturan pembaca web ini Maya Sukma Kiat, semoga bisa menjadi pelajaran.
Ada seorang trainer diminta memberikan training di pedalaman Papua. Kebetulan sang trainer ini mendapat giliran tampil di hari kedua. Untuk tahu suasana training hari pertama maka ia “mengintip” ke tempat training. Wow, ternyata semua peserta tidak berbusana dan hanya mengenakan koteka, sementara trainernya menggunakan jas rapi bahkan berdasi. Dia pun berpikir, “Wah trainer hari pertama ini kurang peka dan kurang bisa beradaptasi.”
Keesokan harinya tibalah giliran trainer ini tampil. Untuk menghormati para peserta maka trainer ini tidak berbusana dan hanya mengenakan koteka. Dia berbisik dalam hati, “Yes, saya akan lebih cepat diterima oleh para peserta training dibandingkan trainer hari pertama.”
Begitu masuk ke dalam ruangan, trainer ini terkejut karena semua peserta hari kedua mengenakan jas rapi sekaligus berdasi. Hanya ia yang menggunakan koteka dan itupun salah memasangnya.
Salam SuksesMulia!

Kamis, 20 Desember 2012

Hati-hati dengan Kata-Katamu

By Jamil Azzaini

Kata-kata yang terucap mencerminkan isi pikiran dan hati seseorang. Jadi kurang tepat bila ada yang berkata, “Kata-kata saya memang kasar dan keras tetapi hati saya lembut.” Itu namanya ‘pelajaran mengarang”, hehehe… Ibarat teko, apa yang tertuang menunjukkan isinya. Jadi, kalau tekonya berisi susu maka saat dituang keluarlah susu. Jika teko isinya air comberan maka saat dituang keluarnya pun pasti air comberan.
Kata-kata yang kita ucapkan sejatinya mempengaruhi sel-sel dan hormon-hormon dalam tubuh kita. Coba katakan, “Wah, jeruk ini asam banget, ya. Ampun, ampun, rasa asamnya sampai ubun-ubun. Ini jeruk terasam yang pernah saya makan!” Pernah makan jeruk masam? Tahu kan bagaimana rasanya? Membaca kata-kata tadi, apa yang Anda rasakan? Pasti Anda merakan sesuatu…
Karena kata-kata berpengaruh besar dalam hidup kita maka pastikan kita harus lebih sering mendengar kata-kata yang positif dibandingkan dengan yang negatif. Termasuk hati-hatilah tehadap apa yang Anda ucapkan karena itu mempengaruhi orang-orang di sekitar Anda. Kisah berikut semoga bisa menjadi pelajaran.
Seorang lelaki naik kereta api dari Bogor menuju Jakarta. Ia duduk di dekat seorang ibu yang sedang merayu anaknya makan pizza herbal yang diperoleh dari sahabatnya. Karena berbagai rayuan tidak berhasil maka sang ibu menggunakan jurus pamungkas, “Ayo anakku makan pizza ini, nanti kalau tidak mau makan pizza ini mama kasih ke om yang disebelah ini, lho!” Mendengar omongan itu, lelaki di sebelahnya tersenyum. Aroma pizza yang begitu nikmat akhirnya menggoda perutnya.
20 menit berlalu, aroma pizza itu semakin menggoda namun sang anak belum juga mau makan pizza itu. Sementara itu, entah sudah berapa kali sang ibu berkata, “Ayo dong anakku, pizza ini dimakan. Nanti kalau gak mau makan, pizza ini mama kasih ke om di sebelah, lho!”
Tak tahan dengan aroma pizza yang semakin menggoda, pemuda itu pun memberanikan diri berkata, “Bu, tolong ambil keputusan segera. Sebab seharusnya saya sudah turun di tiga stasiun sebelumnya.”
Salam SuksesMulia!

Rabu, 05 Desember 2012

Terima Kasih...

Pada malam itu, Siervo (spanish=Hamba) bertengkar dengan ibunya. Karena sangat marah, Siervo segera pergi meninggalkan rumah tanpa membawa apa pun.
Saat berjalan di suatu jalan, ia baru menyadari bahwa ia sama sekali tidak membawa uang.
Saat menyusuri sebuah jalan, ia melewati sebuah Rumah Makan, dan ia mencium harumnya aroma masakan. Ia ingin sekali memesan sepiring nasi, tetapi ia tidak mempunyai uang.
Pemilik Rumah Makan melihat Siervo berdiri cukup lama di depan etalasenya, lalu bertanya, “hai mas, apakah kau ingin sepiring nasi?” “Tetapi, aku tidak membawa uang,” jawab Siervo dengan malu-malu.
“Tidak apa-apa, aku akan memberimu sepiring nasi,” jawab pemilik Rumah Makan. “Silahkan duduk, aku akan menghidangkannya untukmu.”
Tidak lama kemudian, pemilik Rumah Makan itu mengantarkan sepiring nasi dengan lauk pauknya. Siervo segera makan dengan nikmatnya dan kemudian air matanya mulai berlinang. “Ada apa mas?” tanya pemilik Rumah Makan.